Sunday, September 18, 2011

KARAKTERISTIK EKOSISTEM PERAIRAN PAYAU

PENDAHULUAN
Ekosistem hutan bakau (Mangrove Forest System) atau ekosistem hutan rawa bakau (Mangrove Swamp Forest System) adalah sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan suatu vegetasi komunitas yang terdapat di pesisir pantai tropik yang didominasi oleh beberapa spesies pohon-pohon yang khas. Selain itu juga terdapat jenis semak-semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh di dalam air yang sedikit lebih asin (payau).
Mangrove banyak sekali manfaatnya bagi manusia baik dari segi ekologis, biologis, maupun segi ekonomis. Fungsi ekologis dari hutan mangrove sangat penting yaitu sebagai penghasil bahan organik (detritus) yang sangat produktif merupakan pangkal dari mata rantai  pangan detritus yang penting artinya di ekosistem pesisir. Selain itu, sistem perakaran vegetasi hutan mangrove yang menyediakan tempat berlindung yang baik bagi berbagai biota yang hidup di dalamnya. Jenis tumbuhan yang terdapat di hutan ini adalah jenis bakau dan tumbuhan pantai yang dapat hidup pada perairan yang bersalinitas tinggi. Berdasarkan fungsinya, hutan mangrove merupakan habitat yang baik bagi Crustacea sebagai daerah asuhan dan pemijahan.
Hutan mangrove juga mempunyai fungsi sebagai tempat hidup berbagai fauna darat dan biota laut. Dewasa ini banyak daerah hutan mangrove yang dikomersialkan menjadi tempat pemukiman, pertanian, tempat rekreasi, dan sebagainya. Hal ini menyebabkan semakin bekurangnya luas hutan mangrove. Pengambilan kayu untuk keperluan rumah tangga dan industri serta adanya kecenderungan negatif yang semakin tinggi berupa pencemaran di daerah pesisir menyebabkan rusaknya ekosistm hutan mangrove.

METODE KERJA
Waktu dan Tempat
Praktikum dilakukan pada hari Minggu, tanggal 2 Desember 2007 pukul 07.00-10.00 WIB di Hutan Mangrove, Blanakan, Subang, Jawa Bara.

Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum lapang kali ini adalah secchi disk untuk menentukan kecerahan, transek kuadrat yang digunakan untuk menentukan stasiun, pipa paralon 2m, d=2 inchi, botol film sebanyak 10 buah untuk menyimpan sampel yang akan diteliti di laboratrium, termometer lapangan digunakan mengukur suhu lingkungan, kertas label, 1 buah ember berukuran 10 liter, saringan halus dan kasar, spidol permanen, karet gelang, gunting atau cutter, alat tulis, kantung plastik yang berukuran 1 kg sebanyak 10 buah, kertas pH, tali raffia 100m, meteran kain. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan di laboratorium adalah sampel plankton, sampel bentos, dan sampel perifiton, sedangkan larutan yang digunakan adalah aquades untuk mensterilkan organisme-organisme yang akan diawetkan, sedangkan formalin dan lugol berfungsi sebagai pengawet organisme-organisme tersebut.  Alat yang digunakan untuk identifikasi adalah gelas objek, gelas penutup, pipet, dan buku identifikasi.



Prosedur
1. Penentuan stasiun (stasiun utama dan substasiun)
Setiap kelompok mempunyai stasiun pengamatan yang telah ditentukan oleh asisten. Stasiun setiap kelompok dibagi menjadi 2 tempat yaitu di air dan di vegetasi mangrove. Stasiun yang berada di air dibagi menjadi 3 substasiun dengan menggunakan alat transek kuadrat. Stasiun yang berada di hutan mengrove dibagi menjadi 3 substasiun dengan ukuran masing-masing substasiun 10x10 m. Pada masing-masing substasiun ini dilakukan pengukuran parameter fisika, kimia, dan biologi.

2. Penentuan plot
Dengan meletakkan secara acak petak-petak contoh atau plot berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 10 m x 10 m disepanjang transek garis pada setiap zona vegetasi mangrove.

3. Metode dan kriteria pengukuran lingkar batang
Metode yang digunakan adalah mengukur lingkar batang pada pohon secara langsung dengan meteran kain. Bagian batang pohon yang diukur yaitu pada ketinggian 1 meter dari akar, dan apabila batangnya bercabang dua dan letak percabangannya diatas 1 meter maka akan dilakukan pengukuran dua kali dan terhitung dua pohon.

4. Parameter Fisika
a. Warna Perairan
Warna perairan ditentukan dengan cara visual dan dilakukan sebelum praktikan bekerja dan turun ke air. Hal ini dilakukan agar dapat diketahui warna asli perairan sebelum dilakukan pengamatan.

b. Kecerahan
Dalam pengamatan kecerahan digunakan alat secchi disk yang dimasukan dalam perairan. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali di setiap substasiun secara diagonal agar mewakili kecerahan tiap-tiap substasiun. Alat secchi disk yang terdiri dari warna hitam dan putih dicelupkan ke dalam air secara tegak lurus dengan perlahan-lahan. Untuk pengamatan pertama diperhatikan ketika warna putih secchi disk mulai tidak tampak, ini dicatat sebagai D1. Setelah itu secchi disk diangkat kembali dengan perlahan dan ketika warna putih mulai terlihat dicatat sebagai D2.

c. Suhu
Untuk mengetahui suhu perairan dilakukan dengan menggunakan termometer lapangan. Caranya yaitu dengan mencelupkan termometer secara perlahan ke dalam air kurang lebih selama 30 detik, dengan memegang tali yang diikatkan pada termometer agar suhu tubuh praktikan tidak mempengaruhi suhu yang ada pada termometer, kemudian dilihat skala suhunya setelah dicelupkan ke dalam air selama kira-kira 1 menit. Pengukuran suhu dilakukan sebanyak tiga kali ulangan di tiap substasiun secara diagonal agar mewakili suhu tiap-tiap substasiun.

d. Kedalaman
Pengukuran kedalaman dilakukan dengan paralon berskala. Paralon berskala ini dimasukkan ke dalam perairan dengan posisi tegak sampai menyentuh dasar perairan. Batas yang ditunjukkan pada paralon adalah kedalaman dari perairan tersebut. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali ulangan secara diagonal pada setiap substasiun.

e. Tipe Substrat
Menentukan tipe substrat dilakukan dengan cara manual. Yaitu dengan memasukkan tangan atau benda yang dapat memastikan substrat di dalam perairan, kemudian disentuh dan diambil sedikit substrat pada tiap-tiap substasiun untuk diamati secara visual.

4. Parameter Kimia 
pH adalah derajat keasaman yang merupakan fungsi dari kandungan CO2 yang terlarut dalam air. Kadar CO2 akan berkurang oleh kegiatan fotosintesis dan akan bertambah karena respirasi, pH merupakan tingkat keasaman dari suatu perairan. Nilai pH ideal untuk perairan adalah 6.5-8.5. Organisme perairan mempunyai kemampuan yang berbeda dalam bertoleransi pH perairan. Kematian lebih sering diakibatkan karena pH yang rendah daripada pH yang tinggi. Batas toleransi organisme perairan terhadap pH bervariasi dan dipengaruhi banyak faktor antara lain suhu, oksigen terlarut, alkalinitas, adanya berbagai anion dan kation, jenis dan stadia organisme (Pescod, 1973). Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan kertas pH.

5. Parameter Biologi
a. Plankton
Sampel plankton diambil dengan cara menyaring air lapisan permukaan sebanyak 100 liter dengan menggunakan ember yang memiliki volume 10 liter. Sampel tersebut di saring menggunakan planktonet dengan ukuran 45μm, air sampel yang tersaring dimasukkan ke dalam botol sampel bervolume 30 ml dan diawetkan menggunakan pengawet lugol sebanyak 3-5 tetes.

b. Perifiton
Perifiton diambil dengan mengerik substrat berukuran 2x2 cm yang telah kita dapatkan yang berupa kayu-kayu ataupun bebatuan. Hasil kerikan tersebut dimasukkan kedalam botol yang telah disediakan (botol film) dan diberi aquades serta lugol 4% sebagai pengawet. Kemudian diamati dengan mikroskop.

c. Bentos
Pengambilan bentos dilakukan dengan menggunakan paralon yang ditekan sampai dasar sungai sehingga substrat akan masuk ke dalam paralon. Paralon tersebut diangkat dan diambil substratnya kemudian disaring dengan saringan kasar atau halus. Bentos yang diperoleh dipisahkan dan dimasukkan kedalam botol.

d. Neuston
Pengambilan neuston ini dilakukan dengan menggunakan saringan halus, halus atau langsung dengan tangan. Neuston yang diperoleh dimasukkan kedalam kantong plastik yang ditambah formalin.

e. Nekton
Pengambilan nekton sama halnya dengan pengambilan neuston. Hasil yang didapatkan juga dimasukkan kedalam kantong plastic yang diberi formalin.

f. Tumbuhan Air atau Vegetasi Mangrove
Pengambilan sampel mangrove dilakukan dengan mengambil daun, buah, dan bunganya. Pengukuran lingkar batang pada setiap stasiun dengan membedakan antara pohon, anakan, dan semai. Pohon adalah batang yang memiliki ciri-ciri diameter lebih dari 12.5 cm dan tinggi lebih dari 1 meter, anakan berdiameter kurang dari 12,5 cm dan memiliki tinggi lebih dari 1 meter sedangkan semai diameternya kurang dari 12.5 cm dan tinggi kurang dari 1 meter.





Beberapa contoh laporan praktikum Ekologi Perairan (Karakteristik Ekosistem Perairan Payau) dapat di unduh di bawah ini.


No comments:

Post a Comment