Saturday, August 20, 2011

SURVEY PELABUHAN PERIKANAN part III

Kegiatan yang dilakukan pada bulan Oktober 2010 ini merupakan salah satu program dari Kementerian Kelautan dan Perikanan tentang "Sistem Otomasi Penerbitan SHTI dan PNAI serta Survey Nasional Pelabuhan Perikanan untuk Mendukung Implementasi Program Nasional Minapolitan T.A 2010". Wilayah yang menjadi Obejek survey kali ini meliputi daerah Jakarta, Bekasi dan Karawang.

KARAWANG
Kabupateb Karwang merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi perikanan yang cukup bagus. Hal ini terlihat dari beberapa tempat pelabuhan perikanan yang masih aktif dan sering ditemuinya beberapa nelayan yang berasal dari daerah ini hampir di seluruh wilayah perairan utara Jawa hingga Sumatera. Terdapat sekitar sebelas lokasi pelabuhan perikanan dengan tujuh diantaranya yang masih aktif, yaitu terdiri dari TPI Muara (Cilamaya), TPI Satar (Cilamaya), TPI Tengkolak (Cilamaya), TPI Pasir Putih (Cilamaya), TPI Ciparage (Tempuran), TPI Betok Mati/Mekar Jati (Cilebar), TPI Sungai Buntu (Pedes), TPI Cemara Jaya (Cibuaya), TPI Sedari (Cibuaya), TPI Tambaksari (Batu Jaya) dan TPI Pakis (Pakis Jaya).

TPI Muara (Cilamaya)... merupakan lokasi paling timur yang berada di karawang, berbatasan dengan Blanakan (Kab.Subang). Nelayan yang berasal dari daerah ini sangat sedikit, dan mayoritas merupakan nelayan mingguan hingga bulanan. Hal ini jg disebabkan letak TPI dengan muara sungai yang cukup jauh...

akses jalan menuju lokasi
kondisi TPI

aktifitas pelelangan

perahu nelayan yang baru saja tiba dan sedang melakukan aktivitas pembongkaran ikan

TPI Satar (Cilamaya)... di lokasi ini terlihat kondisi TPI yang kurang terawat, namun kegiatan dsini masih berjalan hanya saja sama seperti halnya di TPI Muara nelayan di dominasi oleh nelayan mingguan.

kondisi TPI

akses jalan
perahu-perahu nelayan

TPI Tengkolak (Cilamaya)...daerah ini terletak disebah barat dari TPI Satar dengan melewati akses jalan pematang tambak sekitar kurang lebih 30 menit. Di lokasi ini kondisi TPI masih sangat terjaga dan aktifitas pelelangan yang lumayan ramai serta dikelola oleh KUD Mina Samudera Karya.







TPI Pasir Putih (Cilamaya)... Daerah ini merupakan lokasi yang terleta di paling barat dari Kecamatan Cilamaya. Aktifitas dan jumlah nelayan tergolong ramai, namun ketika diadakan survey kebetulan di lokasi tersebut tengah diadakan kegiatan adat pesta laut.


TPI Ciparage (Tempuran)... merupakan salah satu daerah aktifitas nelayan yang paling ramai di Kabupaten Karawang. Selain nelayan lokal terdapat pula nelayan pendatang, baik harian, mingguan maupun bulanan.


TPI Betokmati/Mekarjati (Pusaka Jaya Utara)... wilayah Pusaka Jaya terbagi menjadi dua yaitu Pusaka Jaya Utara dan Pusaka Jaya Selatan. Keberadaan pelabuhan perikanan di wilayah ini terdapat di Pusaka Jaya Utara dengan akses jalan melalui wilayah TIR (Tambak Inti Rakyat) milik Kementerian Kelautan dan Perikanan. Di lokasi ini seluruhnya di dominasi oleh nelayan pendatang yang pada akhirnya berdomisili di daerah tersebut.









TPI Sungaibuntu (Pedes)... merupakan salah satu daerah aktifitas nelayan yang ramai selain di Ciparage, dengan adanya nelayan lokal dan pendatang. Akses jalan menuju lokasi dengan jarak tempuh sekitar 15 menit ke arah barat dari TPI Betokmati.


TPI Cemara Jaya (Cibuaya)... di daerah ini aktifitas dan keberadaan nelayan lokal masih dijumpai, namun bangunan fisik dari TPI sudah tidak difungsikan lagi. Hal ini dikarenakan tidak adanya upaya dari pihak terkait menangani berbagai masalah yang ada. Salah satu diantaranya adalah merajalelanya para para tengkulak di daerah tersebut. Dari hasil kegiatan di lapangan terdengar tanggapan dari para nelayan lokal kepada kami... "tolonglah lah pak, bantu kami agar bagaimana caranya TPI ini dapat aktif kembali dan tolong bagaimana cara nya hutang2 kami kepada para tengkulak bisa dilunasi..." (semoga menjadi perhatian)


TPI Sedari (Cibuaya)... daerah ini berlokasi sekitar kurang lebih 12 km dari Cemara Jaya. Akses jalan yang dilalui adalah melewati pantai wisata pisangan menyusuri tepi pantai hingga ke lokasi. Namun ketika diadakan survey kami mengalami kendala yang belum pernah kami ketahui sebelumnya, yaitu apabila hendak ke Sedari hendaknya perjalan dilakukan di esok hari dan kembali sebelum siang hari. Karena akses jalan menuju lokasi akan terputus apabila melewati siang menjelang sore hari, jalanan yang ada hilang karena tergenang pasang air laut. Sehingga kami tidak mendapatkan dokumen foto di lokasi tersebut.

TPI Tambaksari (Batu Jaya)... pada mula nya wilayah ini bernama Tambaksumur, namun terjadi pemekaran menjadi dua wilayah yaitu Tambaksumur dan Tambaksari. Tambaksumur merupakan wilayah yang cenderung ke arah darat menuju daerah Pisangsambo dan Tambaksari lebih ke arah pesisir dimana ditemukan kegiatan para nelayan. Keberadaan TPI di lokasi ini sudah tergolong rusak parah dan tidak ada perhatian, alhasil kegiatan pelelangan sudah tidak ada lagi. Kalaupun ada kegiatan nelayan hanya berupa penimbangan hasil tangkapan kepada para bos/pengepul rajungan, meningat alat tangkap di daerah tersebut didominasi oleh jaring rajungan.


TPI Pakis (Pakis Jaya)... sama hal nya dengan di daerah Cemara Jaya dan Tambaksari, keberadaan para tengkulak sudah sangat mendominasi. Sehingga sebagian besar para nelayan sudah terikat kepada tengkulak tersebut dengan sebutan istilah patron-client. Ikatan hampir dapat dijumpai seluruh daerah dimanapun, jadi dimana si nelayan memiliki hutang terhadap si tengkulak nelayan tersebut wajib hukumnya menjual hasil tangkapan kepada tengkulak atau bos tersebut dengan cara ditimbang. Namun hal ini ada segi negatifnya, dimana harga yang ditawarkan dari tengkulak terhadap nelayan biasanya berada di bawah pasaran. Nah hal inilah yang menyebabkan aktifitas pelelangan dan keberadaan TPI di beberapa lokasi di Karawang gulung tikar, tidak dapat dipungkiri bahwa yang menjadi penyebab adalah kemampuan finansial yang kalah jauh dari para bos-bos atau tengkulak.







Semua kegiatan di atas mulai dari wilayah Jakarta Utara, Kabupaten Bekasi hingga Kabupaten Karawang dilakukan dengan tujuan mencari keberadaan pelabuhan perikanan dilokasi tersebut baik pada tingkat Tempat Pelelangan Ikan (TPI), Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI), Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) maupun Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN). Melihat kondisi fisik bangunan, sarana dan prasaran yang dimiliki serta infrastruktur yang ada. Namun berdasarkan dari data awal yang diberikan dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa lokasi pelabuhan perikanan yang sudah tidak berfungsi lagi (bangunan fisik masih ada), sudah rusak atau bahkan sudah tidak ada keberadaannya. Banyak faktor yang menjadi penyebab, diantara adalah (1). Adanya tingkat abrasi yang cukup tinggi (faktor alam), (2). Beralihnya status kewenangan (dari tingkat provinsi menjadi kabupaten) yang menjadi belum adanya Perda yang mengatur kegiatan di beberapa lokasi tersebut, (3). Merajalelanya para tengkulak/pengepul/bos yang menjadi pemberi pinjaman modal kepada para nelayan, (4). Hingga perhatian dan pengawasan dari pihak-pihak terkait memegang peran yang sangat penting.
Hal demikian kiranya perlu menjadi perhatian demi kemajuan dunia perikanan dan kelautan di bumi Indonesia. Sangat prihatin memang melihat para nelayan dengan gagah berani menantang lautan nyawa pun menjadi taruhan, namun tarah kehidupan mereka tetap saja tidak beranjak.Negara kita negara maritim bung, bukan negara perbankan... teringat nyanyian "nenek moyangku seorang pelaut..." dan tidak pernah ada suara nyanyian "nenek moyangku seorang karyawan bank..." (intermezo...). BAGAIMANAKAH memajukan dan mengembangkan perikanan dan kelautan Indonesia??? saya pun belum tahu jawabannya... sekali lagi ini proses pembelajaran yang saya jalani.
 
Khusus untuk kegiatan di Kabupaten Karawang, pada kesempatan ini tak lupa saya selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada Glasnosta Ramadhan, S.Pi, selaku rekan/kawan/partner additional yang menemani perjalanan dengan sabar tulus ikhlas untuk berbagi pengalaman



(Glasnosta Ramadhan, S.Pi)

No comments:

Post a Comment