Monday, August 29, 2011

HUTAN MANGROVE JAKARTA 2010

Jakarta merupakan pusat pemerintahan Negara Indonesia, dimana wilayah ini juga merupakan pusat pembangunan. Di tempat ini banyak terdapat gedung-gedung pencakar langit, rumah-rumah mewah, pusat-pusat perbelanjaan, dan daerah-daerah dengan tingkat hedonisme yang sangat tinggi serta aktifitas kegiatan manusia yang sangat padat. Pembangunan di wilayah ini terdapat hingga ke bagian pesisir utara dari Jakarta. Perlu diketahui bahwa wilayah pesisir merupakan kawasan dimana terdapat ekosistem mangrove, namun tampaknya perhatian akan ekosistem tersebut sangat kurang sehingga keberadaan dari mangrove lambat laun semakin hilang. Disinyalir faktor desakan pertumbuhan penduduk yang tinggi dan aktifitas pembangunan yang pesat menjadi faktor penentu keberadaan mangrove di Jakarta dan hanya tersisa sangat sedikit di beberapa titik, yaitu di wilayah Muara Angke dan Kapuk. Dampak dari adanya faktor ini akan sangat berpengaruh terhadap ekologi dari mangrove, bagaimana interaksi mangrove terhadap lingkungan sekitar atau bagaimana interaksi antara sumberdaya yang berhubungan (dependent) dengan mangrove tersebut.
Melihat hal tersebut di atas, sudah seharusnya pengertian fungsi ekologis dari mangrove perlu sangat untuk dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat, khususnya fungsi secara fisik. Dimana secara fisik keberadaan mangrove yang paling utama adalah berfungsi untuk menahan gempuran ombak, mencegah abrasi, melindungi wilayah pantai dari pasang air laut (rob) dan lain-lain. Karena wilayah Jakarta merupakan wilayah yang sangat potensial mengalami hal-hal di atas. Misalnya di wilayah Muara Baru dan Muara Angke yang sangat sering terkena banjir rob. Selain itu secara biologis mangrove berfungsi sebagai feeding, nursery dan spawning ground beberapa sumberdaya ikan. Dan secara ekologis mangrove berperan sebagai penyumbang bahan organik yang besar terhadap konsumen di sekitarnya. Sudah banyak penelitian maupun kajian terkait fungsi mangrove tersebut, namun sepertinya implementasi dari hasil-hasil kajian sangat sulit untuk diterapkan. Maka pemerintah dan instansi terkait sangat penting peranannya, karena kegiatan konservasi di wilayah ini merupakan kebijakan bersama dari stakeholder yang ada.  
Pada kesempatan ini penulis melakukan kegiatan riset, dimana riset ini merupakan kegiatan dari Balai Riset Oseanografi dan Kelautan (BROK), Perancak, Bali (Balitbang KP, Kementerian Kelautan dan Perikanan). dalam kegiatan ini penulis diperuntukan sebagai tenaga teknis dalam pengambilan beberapa sampel. Dimana kegiatan yang dilakukan yaitu pengukuran (spektral daun) dan pengambilan sampel (akar, daun, sedimen) untuk dianalisis mengenai kandungannya, baik logam berat, bahan organik, dan lain sebagainya serta data-data in situ. Beberapa hasil dokumentasi kegiatan dapat dilihat di bawah ini :

No comments:

Post a Comment